Minggu, 31 Juli 2016

dapur ibu

Comments
Muhammad Yusuf Saleh Yos
Write a comment...

Agak sulit menemukan tempat untuk parkir, seluruh tepi jalan telah penuh oleh mobil para pengunjung warung. Saya terpaksa harus memarkir kendaraan di tempat yg agak jauh dari warung. Antrean orang mengambil makanan segera terlihat begitu memasuki warung makan ini. Pada jam istirahat makan seperti ini menjadi waktu tersibuk buat warung makanan yang bernama warung ibu ini. Terletak di tengah kota kolaka ,tepatnya di jalan merdeka menjadikan warung ini menjadi pilihan oleh para pegawai yang berkantor di daerah ini.

Sy termasuk salah satu pelanggan setia warung yang didominasi warna merah ini. Yang menjadi alasan sy menjatuhkan pilihan warung ini adalah, karena harga dan variasi menunya. Kita bisa menentukan jenis makanan yang kan kita santap, berbagai jenis ikan segar, sayur dan lauk lainnya tersedia di sini. Dengan beragam menu ini membuat kita banyak pilihan, sehingga tidak bosan dengan menu yang sama. Selain beragamnya menu kesegaran makanan yang dihidangkan juga dapat kita rasakan.

Sy yang hampir saban hari ke warung ini sudah hapal jam buka dan tutupnya warung, bukan hanya itu sy bahkan tahu jam jam terbaik ke warung ini. Pukul 10 pagi menjadi pilihan terbaik sy, dengan pertimbangan pada jam ini menu sudah lengkap serta kita bisa menyantap makanan dalam keadaan hangat atau 'fresh ferom the open'. Pengalaman beberapa kali mengunjungi warung yang buka pkl 8.30 ini di jam awal buka, namun kadang menunya belum lengkap.

Konsep yang mirip mirip 'all you can eat' ini sayang kalau tidak dimanfaatkan, itulah mengapa sy memlih pukul 10 sebagai waktu terbaik. Karena tak jarang sy menggabungkan antara sarapan dan makan siang. Jika tidak sempat sarapan, maka sy hanya minum kopi dan biskuit pada pagi harinya lalu pada jam itu mengisi perut sekaligus makan siang. Porsi yang banyak ini bahkan masih membuat kita kenyang hingga malam hari. Tentu ini tidak kita dapatkan di warungwarung yang lain di kota kecil ini.

Sebelum di warung ini sy sempat jatuh hati pada sebuah warung yang sesuai selera sy. Persoalan muncul ketika mereka mulai menaikkan harga secara sepihak. Sy sempat merekomendasika pada kawan kawan, namun pada kunjungan kedua bersama kawan sy mereka meminta 80 ribu untuk makanan sederhana. Hal yang sy sukai dari warung ini sebenarnya adalah pemandangan yang langsung ke arah laut ,serta menu khusus kepitingnya. Namun sy segera beralih mencari warung lain setelah mereka tidak konsisten pada harga ini.

Pertimbangan yang lain dalam memilih warung Ibu adalah tentu saja harganya. Boleh dibilang warung ini cukup murah dibanding warung warung lainnya. Harga memang tergantug pada menu yang kita pilih, namun pengalaman sy kisaran harga berkisar 12 hingga 20 ribu. Apalagi dengan keragaman dan kesegarannya memberi nilai tambah lebih pada warung itu. Bukan itu saja, mereka menyiapkan nasi untuk tambahan, serta pisang kecil sebagai penutup makan kita. Bahkan sy sempat heran ketika mendapatkan harga separuh lebih murah dengan sebuah warung yang menawarkan menu yang sama. Sy biasa ke sebuah warung yang menjual soup kepala ikan dengan bandrol harga 50 ribu per porsi, sementara di sini sy hanya membayar rp. 20 ribu dengan rasa yg tak kalah jauh beda.


Warung ibu ini juga rupanya paham dengan konsep lokal, sebuah loket di sebelah kiri menyiapkan menu lokal. Di Sulawesi Selatan kami mengenalnya dengan Kapurung, makanan khas sulawesi yang terbuat dari sagu. Mereka menyebutnya sinonggi, menu ini semakin melengkapi menu yang ada. Jika berkunjung ke kota kecil ini silahkan mampir untuk merasakan berbagai kuliner ikan yg banyak di daerah ini, mulai ikan bakan, masak dan goreng ada di sini. Mari makan

berburu durian

uhammad Yusuf Saleh Yos published a note.
Saya menepikan mobil saat melihat lambaian sekolompok anak anak dipinggir jalan. Mereka segera berlompatan naik ke bak mobil double kabin ini. Saya tersenyum melihat tingkah mereka dari balik kaca, mereka ngobrol , tertawa dan sesekali berdiri menerpakan angin ke wajah mereka.

Taksekali ini saya menepikan mobil mengangkut anak anak ini, pernah sekali sy mengangkut anak anak yang hendak bermain bola. Kawan sy bertanya mengapa mengangkut anak anak ini ? Sy hanya menjawab bahwa kelak jika ada diantara mereka yg menjadi pemain bola profesional , ia pasti akan mengingat moment ini. Ia akan bercerita bahwa bagaimana ia dulu ketika berlatih bola di kampungnya.

Bukan hanya itu pernah suatu ketika, saat melintasi sebuah perkampungan di pedalaman sy mengangkut penumpang yg rupanya kesulitan memperoleh angkutan. Saat itu sy yang menyetir mobil pejabat negara kawan saya, dan terpaksa ia harus berbagi kursi dengan penumpang yang membawa serta ayam ayamnya.

Saat terjadi krisis moneter, di Jakarta tumpang menumpang mobil ini mulai menjadi trend. Sy setiap hari menyetir mobil sendiri dari rumah di Karawaci menuju kantor di Sudirman. Suatu saat sy menepikan mobil di sebuah tempat, tiba tiba segerombol orang telah mengelilingi mobil. Sy sempat kaget dan shock, sy pikir ada perampokan atau kerusuhan. Ternyata mereka pikir sy menepikan mobil untuk mengambil tumpangan. Karena tidak ada pilihan sy segera membuka pintu dan mereka berebut naik. Sy baru tahu saat mereka turun mereka menaruh uang secukupnya di dekat rem tangan mobil.

Bukan tanpa alasan sy sering menepikan mobil mengangkut tumpangan. Saat sy remaja, saya sering mendaki gunung. Lokasi menuju tempat pendakian tidak dilalui kendaraan umum. Kami menghadang truk yang menuju ke tempat pendakian demikian juga sebaliknya. Tak jarang kami harus berbagi tempat dengan buah buahan dan tak jarang juga buah buah ini berpindah tempat ke perut kami.

Saat masih kecil, sy juga sering menumpang mobil tetangga sy. Kebetulan ia seorang supir, saat itu mobil sangat langka hanya bisa dihitung jari. Maka acara mencuci mobil ke sungai menjadi ritual yang menyenangkan. Saat kembali dari sungai kami segera berebut naik ke mobil, mencari posisi di atas kap. Inilah posisi terbaik untuk menangkap mangga yang banyak bergelantungan di sepanjang jalan menuju ke rumah.

Hidup di dunia ini pun ibarat kita menumpang, ada saat dan tempat kita berhenti.

Pomalaa 5 january. 2013

menumpang

Write a comment...
Saya menepikan mobil saat melihat lambaian sekolompok anak anak dipinggir jalan. Mereka segera berlompatan naik ke bak mobil double kabin ini. Saya tersenyum melihat tingkah mereka dari balik kaca, mereka ngobrol , tertawa dan sesekali berdiri menerpakan angin ke wajah mereka.

Taksekali ini saya menepikan mobil mengangkut anak anak ini, pernah sekali sy mengangkut anak anak yang hendak bermain bola. Kawan sy bertanya mengapa mengangkut anak anak ini ? Sy hanya menjawab bahwa kelak jika ada diantara mereka yg menjadi pemain bola profesional , ia pasti akan mengingat moment ini. Ia akan bercerita bahwa bagaimana ia dulu ketika berlatih bola di kampungnya.

Bukan hanya itu pernah suatu ketika, saat melintasi sebuah perkampungan di pedalaman sy mengangkut penumpang yg rupanya kesulitan memperoleh angkutan. Saat itu sy yang menyetir mobil pejabat negara kawan saya, dan terpaksa ia harus berbagi kursi dengan penumpang yang membawa serta ayam ayamnya.

Saat terjadi krisis moneter, di Jakarta tumpang menumpang mobil ini mulai menjadi trend. Sy setiap hari menyetir mobil sendiri dari rumah di Karawaci menuju kantor di Sudirman. Suatu saat sy menepikan mobil di sebuah tempat, tiba tiba segerombol orang telah mengelilingi mobil. Sy sempat kaget dan shock, sy pikir ada perampokan atau kerusuhan. Ternyata mereka pikir sy menepikan mobil untuk mengambil tumpangan. Karena tidak ada pilihan sy segera membuka pintu dan mereka berebut naik. Sy baru tahu saat mereka turun mereka menaruh uang secukupnya di dekat rem tangan mobil.

Bukan tanpa alasan sy sering menepikan mobil mengangkut tumpangan. Saat sy remaja, saya sering mendaki gunung. Lokasi menuju tempat pendakian tidak dilalui kendaraan umum. Kami menghadang truk yang menuju ke tempat pendakian demikian juga sebaliknya. Tak jarang kami harus berbagi tempat dengan buah buahan dan tak jarang juga buah buah ini berpindah tempat ke perut kami.

Saat masih kecil, sy juga sering menumpang mobil tetangga sy. Kebetulan ia seorang supir, saat itu mobil sangat langka hanya bisa dihitung jari. Maka acara mencuci mobil ke sungai menjadi ritual yang menyenangkan. Saat kembali dari sungai kami segera berebut naik ke mobil, mencari posisi di atas kap. Inilah posisi terbaik untuk menangkap mangga yang banyak bergelantungan di sepanjang jalan menuju ke rumah.

Hidup di dunia ini pun ibarat kita menumpang, ada saat dan tempat kita berhenti.

Pomalaa 5 january. 201

Banjir Makassar 87

Banjir Makassar 87

Peristiwanya sudahsangat lama, namun banjir yang melanda Jakarta menguak kembali ingatan itu. Saat masih dibangku SLTA, kompleks kediaman Saya menjadi langganan banjir tahunan. Penyebabnya adalah beberapa kawasan elit mengepung kompleks kami, maka tak ayal BTN CV. Dewi kompleks saya kerap tergenang air..

Sekitar tahun 87 banjir mencapai puncaknya, kami terjebak dalam kompleks. Hampir seluruh warga kompleks mengungsi. Kami yang Tadinya menikmati banjir dengan bermain getek batang pisang kini harus lebih waspada. Ketinggian air beberapa hari itu sudah mencapai perut bahkan beberapa blok yang berada di belakang hingga mencapai dada orang dewasa.

Rakit kami tak bisa lagi menolong warga, bantuan kini mngandalkan perahu karet dari Marinir. Penerangan lampu yang seadanya makin membuat kompleks yang kosong ini mencekam. Kasus pencurian tidak sedikit jumlahnya, rumah rumah takberpenghiuni ini kerap disaatroni orang orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Blok saya terendam hingga perut, sementara ketinggian dalam rumah hingga lutut. Semua peralatan hingga tempat tidur terendam air. Beberapa dari kami bergiliran jaga. Kursi kursi kami naikkan di dipan tempat tidur, itupun masih kami ganjal dengan beberapa buah bata merah, sementara kasur kasur telah berada di atas lemari. Kami tak bisa ke sekolah, selain jalanan yang terendam baju baju kami pun tak ada yg kering.

Sy bisa membayangkan warga jakarta yang kini menjadi korban banjir. Anak anak tak bersekolah, ancaman penyakit pasca banjir, kerusakan barang , kerawanan dan kesulitan bahan makanan. Persolan banjir sudah sangat jelas, pemukiman yang tidak tertata dengan baik. Kebanyaka berada dalam resapan air, sementara saluran air pun tak jarang tersumbat karena warga yang kurang disiplin membuang sampah. Hingga saat musim hujan tiba, air terjebak. Bahkan meski tak hujan namun terkadang kita mendapat banjir kiriman dari wilayah lain. yang berada di ketinggian.

Beberapa negara cukup smart dalam menangani air tergenang ini, beberapa negara di Eropa membuat kanal, yang meungkinkan air berputar secara lancar di dalam kota saat pasang, dan kembali lagi saat surut tampa menimbulkan dampak banjir. Sementara negara tetangga kita. Malaysia membangun smart tunnel, sebuah jalan tol yang berfungsi ganda. Saat air pasang maka ia menjadi penampung air dan melarang warga melintasi jalan tersebut hingga air kembali surut. Kepatuhan dan kedisiplinan akan mebuat kita terbebas dari rendaman air ini.

Pekutatan Sepang

Pekutatan – SepangUdara dingin pegunungan segera menyergap ketika merayapi punggung pulau bali dengan motor, hawa dingin bahkan menembus jaket kulit yang saya kenakan. Pemandangan asri dan indah diantara kelokan kelokan jalan , sesekali kuintip jurang jurang yang cukup dalam di sisi kiri dan kanan jalan. Sekitar 30 menit saya sudah berada di Dapdap putih desa Tisa. Saya berangkat dari Pekutatan Jembrana menuju Sepang Buleleng. Pukul 7 tadi saya sudah meninggalkan rumah menuju kantor yang berada di pekutatan, adi salah seorang tenaga lapangan sy menyarankan sebaiknya mengendarai motor menuju lokasa. Betul juga saran adi, jalan sempit dan berlku ridak terlalu effektive buat land cruiser mobil kami, dan terasa lincah dengan menggunakan motor trail milik kantor.Kami akan menghadiri pertemuan dengan salah satu subak di daerah Buleleng, subak adalah sebutan untuk kelompok tani di Bali. Saat ini kami tengah membina 8 subak abian di pulau dewata ini. Pada pameran beberapa waktu yang lalu, kepala dinas perkebunan Buleleng tertarik menjajaki kerja sama dengan kami. Mereka menjadwal dua kali pertemuan dengan subak abian mereka yakni pada tanggal 10 septemebr hari ini dan pada tanggal 12 september berikutnya.Kami bertiga akan menghadiri acara tersebu, kami start dari 3 arah yang berbeda. Sy start dari base saya d pekutatan kab. Jembrana, Adi start dari desa Angkah kab. Tabanan dan yosua start dari Temukus kab. Buleleng. Sy sudah peenah melewati jalur ini sebelumnya, yakni dari Pekuatatan menuju gudang kami yang berada si temukus. Beberapa kawan menghindari jalur ini karena jalannya yang berliku. Sarana jalan di Bali harus saya akui sangat bagus, tidak ada satu desa pun yang tidak terhubung oleh jalan aspal, pekutatan ke temukus pun ada beberapa alternatif salah satunya adalah lewat jalan utama yang cukup rata. Namun jika anda ingin menikmati pemandangan pegunungan kita bisa melewati jalur pupuan ini. Selain menikmati pemndangan yang indah, udara segar pun dapat kita hirup. Kita juga akan melewati satu objek wisata mereka yakni punuk Bolong, sebuah pohon raksasa yang berlubang di tengahnya. Saking besarnya lubang pohon ini, kendaraan bisa melintas di bawahya.Beberapa waktu yang lalu sy juga penasran dengan jalur menuju sebuah air terjun. Terpanpang sekitar 7 km I papan penunjuk arah. Jalan terjal dan mendaki, namun kondisi jalan teraspal dengan baik. Kami melewati beberapa desa sebelum akhirnya sampai ke tempat aier terjun. Swbuah pura beerdiri megah di tepi jalan menuju aie terju, kami harus melewati anak tangga yang menurun. Saya bertanya kepada salah seorang warga jarak menuju air terjun. Sekitar 1 km ujarnya, namun setelah menuruni puluhan anak tangga, jalan terjal menuerun segera mwnghentikana langkah saya. Waktu sudah menjelang maghrib ketika kubatalkan unrtuk menuruni anak tangga terjal menuju air terjun. Saya membayangkan akan membutuhkan energy yang cukup banyak untuk mendaki pada saat balik nanti. Saya dan Aswar tidak mempersiapkan untuk berjalan kaki, kami tadinya hanya penasaran dengan arah penunjuk jalan yang betada di tepi jalan tak jauh dari kantor kami.Satu jam lebih sy menunggu teman teman di Dapdap putih namun belum ada yang muncul, yosua masih menunggu teman teman dari dinas sementara adi masih dalam perjalanan. Sy menikmati kacang rebus di daerah yang cukup tertutup dari pendatang ini. Ibu warung menceritakan bahwa di kampung mereka tidak terlalu terbuka buat warga pendatang, makanya pasar kami agak sepi karena masyarakat bali kurang pandai berdagang. Memang ada sebuah warung di sebelah kami, meski orang madura kata ibu itu namun penjual yang dimaksud sudah lahir di daerah ini. Ibu warung menyedukna kopi dan mempromosikan kopi dari daerahnya ini. Awalnya sy tidak tertarik untuk membeli, namun saat ke toilet saya melintasi halaman yang dipenuhi kopi yang tengah di jemur. Saya membeli sebungkus seharga rp. 22.000 dan mendapatkan free secangki kopi bali. Saat melewati punuk bolong tadi sebenarnya sy ingin mampir menikmati secangkir kopi, namun warung warung di sekitar puinut bolong belum pada buka dan saya masih sempat menyeruput kopi sebelum berangkat tadi. Aroma dan rasa kopinya lumayan nikmat, lumayan buat menemani menunggu kawan kawan lain yang belum datang. Saya segera berubah pikiran tentang jalan jalan yang bagus ketika harus menuruni jalan terjal berliku di daerah sepang, bukan hanya itu sebagian besarjalan rusak dan berlubang. Kemampuan berkendara motor saya di uji di medan terjal ini, saya harusbisa menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh. Arah jalan kembali tidak jauh beda dengan medan saat berangkat, sy mencoba rute jalan lain saat balik dari desa Sepang. Setelah menempuh perjuangan ber skill motor ria di jalan tanjakan berliku dan berlubang akhirnya saya berhasil mencapai tempat perhentian awal saya di Dapdap. Ketegangan saya segera berakhir setelah kembali menghirup udara segar dan menikmati jalan yang mulus sepanjang jalan pulang, tak lupa mampir di Punuk Bolong untuk rehat sejenak.

pekutatan 10 September 2013

Metajen Siap

Sekitar 70 an orang bergerombol, sesekali mereka berteriak menyemangati. Mereka mengelilingi sebuah sebuah tempat yang dibatasi oleh garis batas kapur.  Di bawah pohon sawo salah sebuah kebun kosong milik warga mereka berkumpul.  Dalam segi empat ukuran 5 x 5 itu masih terdapat sebuah gambar kotak denganukuran sekitar 1,5 x 1,5 meter. Sejak pagi mereka telah berdatangan dari berbagai  Tempek dan Banjar di Desa ini. Mereka memarkir motor di samping kebun, beberapa diantaranya menenteng karung dan tas plastik.

Teriakan mereka segera berhenti dan berganti dengan hitungan ketika darah mulai menetes ke tanah. Ayam yang terkulailemas tak berdaya dinyatakan kalah setelah dalam hitungan tertentu tak dapt bangkit kembali.  Lemas rasanya menyaksikan seekor ayam yang kena bacok dari ayaml awannya. Darah bersimbah ketika taji yangmereka ganti dengan pisau kecil ini mengenai ayam lainnya. Hanya dalam hitungan detik salah satu ayam itu akan terkapar. Ayam yang lari keluar arena persegi yangmereka garis akan dimasukkan kembali. Tadinya sayaberpikir ayam yang keluar arena dinyatakan kalah, itu pengalaman sabung ayam yang saya lihat dimasa kecil.

Namun pikiran saya ternyata salah, Ayam putih yang kalah tersebutditangkap oleh pemiliknya, dan kedua ayam aduan yang dipersenjatai ini di masukkan ke dalam sangkar dan diletakkan didalam garis segi empat bagian dalam. Hanya sekali pukul ayam putih tersebut tersungkur tak bernyawa,maka suarabising hitungan pun dimulai sambil seseorang mengumpulkan uang dari para penonton yang bertaruh.

Miris menyaksikan metajen siap ini, meski sudah  dilarang namun masih marak orang yang melaksanakan tradisi ini. Metajen siap ini sering dilakukan bahkan terorganisirdengan baik kata salah seorang warga. Pagi tadi sebenarnya saya hanya penasaran melihat segerombolan orang berkumpul  di kebun kosong sebelah rumah, mereka memasang tenda di atas garis segia empat. Beberapapenjaja makanan menggelar makanannya. Saya bertanya ke pemilik rumah yang saya tinggali, Ia menjelaskan akan ada acara Metajen Siap. Apa itu metajen siap pak ? sabung ayam tukasnya. Karung karung dan tas plastic yang mereka bawa itu ternyata berisi ayam ayam yang siap diadu.

Ternyata kegiatan ini bisa berlangsung beberapa hari, dan suara riuh rendah segera terdengar ketika taruhan telah dipasang. Berbagai jenis taruhan yang mereka lakukan, saya kurang paham secara jelas. Namun saya melihat ada kartu yang dibuka disekitar arena taruhan, ada yang taruhan ayamnya sementara di luar para penotonpun bertaruh untuk masing masing ayam yang mereka jagokan. Begitulah suasana kasinokampung ini, hanya yangmembuat miris adalah ayam ayam aduan yangmereka pakai berjudi harus mati mengenaskan.Pekutatan 13 September 2013.
Lusiana 'Lusi' Pak Yos : metajen siap alias sabing ayam sudah biasa dilakukan di tempat2 umum di Bali ,,,,,,(seni)
Muhammad Yusuf Saleh Yos
Muhammad Yusuf Saleh Yos tapi waduh tetap ga tega liat ayam yg kebacok
Nyoman Wiriyawan
Nyoman Wiriyawan Itu tantangan P'Yos,..agar mengedukasi tetangganya agar sedikit demi sedikit mengurangi kebiasaan..Metajen Siap.....he,he,he.$$$
Muhammad Yusuf Saleh Yos
Muhammad Yusuf Saleh Yos Nymoan : sin ken ken bli ? kije metajen :), matur sukseme Sop kaki kambingnya ya :)
Muhammad Yusuf Saleh Yos
Write a comment...

Di atas punggung Pulau Bali

Kembali merayapi punggung pulau dewata, jika sebelumnya pekutatan menuju sepang lewat dapdap putih. Kini dengan motor trail menembus Singaraja melewati pupuan. Pemandangan asri segera terlihat begitu melewati punut bolong, udara segar pegunungan segera menerpa begitu kami melanjutkan perjalanan setelah rehat sejenak di obyek wisata jembrana ini. Pohon pohon cengkeh yang diselingi kakao dan kopi menjadi pemandangan sepanjang jalan menuju pupuan.

Memasuki daerah pupuan menuju seririt hamparan sawah yang menghijau menjadi pemandangan yang indah, undakan sawah yang menjadi ciri khas daerah pariwisata ini. Di beberapa tempat di bali saat in padi telah menguning, namun di atas pupuan masih terlihat menghijau bahkan ada yang baru saja ditanami. Meski beberapa ruas jalan tengah dalam perbaikan namun kondisi jalan secara umum cukup baik.  Sy menuju lovina sebelumnya mampir ke gudang kami yang berada di temukus. Yosua mengajak  berkeliling gudang dan mentraktir kami Coklat di cafe Ground Choclate yang berlokasi di gudang kami. Sy mencoba sensasi coklat Volcano yang segera menghilangkan dahaga kami setelah seharian berkendara.

Tepat pukul 12 siang kami menuju Lovina untuk mencari makan siang, sy memilih restoran sederhana yang berada di tepi pantai, ternyata pilihan tidak keliru. Makanan di tempat tersebut lumayan enak, sy hanya melihat banyak pengunjung yang mapir, maka ikan bakar g disajikan dipinggir pantai menjai makanan siang yang lezat.Tidak sulit mencari penginapan yang murah dan bersih di sepanjang Lovina, dengan 200 000 semalam, sy mendapat kamar yang besar dan bersih, kamar kamar yang menghadap ke laut memungkinkan sy menikmati sunset di penginapan tersebut, meski tertutup gunung yang berada disebelah barat tapi tetap memberi panorama yang indah.

Pupuan 5 Oktober 2013

Penebel Cocoa Village

Rerimbunan kakao segera terlihat begitu kami memasuki daerah Penebel kelompok Tani Tunjung sari berada di daerah ini. Segera kami menggenggam kakao yang tengah dijemur kelompok tani. Di sebelah kanan penjemuran nampak sebuah gudang penjemuran yang cukup luas untuk ukuran sebuah kelompok tani. Di sampingnya lagi berjejer beberapa buah kotak fermentasi. Box box ini biasanya penuh pak jika sedang musim kata seorang ibu yang juga anggota kelompok tani Tunjung Sari.

Setelah ikut menyortir beberapa biji kakao yang tengah dikerjakan ibu ibu, kami segera diterima dan dijamu ruang kantor mereka. Di ruang berukuran 4x5 ini terdapat data wilayah dan komoditi yang berada di daerah ini. Kopi Bali segera terhidang tak begitu lama setelah kami memulai perbincangan. Kami berbincang dengan pak Wayan salah satu pengurus. Ia menjelaskan tentang Tri Hita yang harus dimiliki sebuah subak di Bali, ketiga point yang harus dimiliki lanjutnya adalah yg pertama harus ada Hubungan antara subak dengan sang Hyang Widi, yang kedua adalah terciptannya hubungan antara sesama manusia dan yang ketiga adalah harmonisasi dengan alam sekitar.

Pembicaraan juga mengarah pada penurunan produktivitas dan alih lahan kakao ke beberapa tanaman seperti kayu. Masyarakat Bali yang hanya memliki kebun kecil merasa bangga bila menanam beberapa komoditas di tanahnya ujar pak Wayan .Kebanyakan alih lahan karena hama dan penyakit,

Setelah menghabiskan secangkir kopi, kami bergerak ke kelompok lainnya yakni ke Mandala Mekar. Perjalanan mendaki yang berkelok terbayar dengan pemandangan yang indah. Berada di puncak bukit yang dipenuhi hamparan sawah yang tengah menghijau, sebuah poster besar menunjuk arah kelompok ini berda di ujung jalan desa. Beberapa box fermentasi terisi biji yang tengah difermentasi, ada yg sdh dua hari namun ada juga yang baru di masukkan hari ini. Seorang petani membawa sekarung biji basah untuk difermentasi ketika kami sedang berbincang dengan pengurus Mandala Mekar, pekarangan penjemuran juga nampak penuh dengan biji yang tengah dikeringkan.

Coklat panas segera terhidang di tengah perbincangan tentang proses fermentasi dan mikro finance. Pak Nyoman menjelaskan tentang program wow finance yang belum jalan karena provider yang ditunjuk beluk masuk ke wilayah ini. Kelak petani akan memiliki nomor rekening, dan tak perlu transaksi tunai jika program ini sudah berjalan ungkap Nyoman yang juga FF BT. Cocoa. Beberapa tamu sering mengunjungi kelompok ini yang dikenal sangat aktif dalam melakukan pengolahan dan pemasaran bersama.

Jalur Maut di Pantai Barat Bali

Jalur Maut di Pantai Barat Bali
Uji nyali di Jalan desa
Jalan sempit, menanjak dan berliku begitu umumnya jalan jalan yang menembus masuk ke daerah daerah perkebunan di Bali.
Saat in saya melewati sebuah pematang yang diapit sawah dan bendungan, kemampuan mengendarai motor sy benar benar di uji. Dua buah jalan sempit berbentuk rel membentang di depan , beberapa jalan desa lainnya juga seperti ini, namun kali agak sempit hanya sekitar 15 cm lebarnya sy harus benar benar bisa menjaga keseimbangan agar tidak nyungsep ke bendungan atau masuk ke dalam sawah.

Ujian belum selesai ketika melewati persawahan , kini sy harus harus lebih ekstra berhati hati , tebing menganga di sisi kiri saya . Jika kurang keseimbangan maka nyawa bisa jadi taruhannya. Keringat membahasi sekujur tubuh, sy tetap harus bisa menjaga keseimbangan dan konsentrasi. Pilihannya serba sulit, jika motor melambat keseimbangan sy juga terganggu demikian juga dengan jika terlalu kencang.

Mobil atau motor sama saja tegangnya bagi saya, saat melewati daerah ini mobil Land Cruiser kami sempat terhenti beberapa kali di tengah tanjakan yang sempit. Suatu kali di ujung tanjakan berjalan seorang kakek, saya harus menghentikan mobil di tengah tanjakan dan mengalami kesulitan saya start di tengah tanjakan. Kesulitan lainnya adalah jika berpapasan dengan mobil lain dari arah berlawanan, kami harus mencari semak untuk menyingkir dan tak jarang harus menepi di tepi jurang.

Lain jalan desa lain jalan raya, namun jalan raya pesisir Barat tak kalah ngerinya.
Sepanjang pantai Barat dari Denpasar hingga Negara (ibukota Jembrana) terbentang jalur jalur maut. Bukan hanya tikungan tikungan tajam yang menmgancam tapi padat nya kendaraaan menjadi bahaya tersendiri. Jurang jurang terjal di kanan kiri, sementara himpitan truck truck dan bus bus yang melaju dengan kencang. Trans Bali Jawa ini memang terkenal dengan medan yang terjal dan padat, hampir disetiap tikungan tertera tanda untuk berhati hati karena tinkungan tajam dan berbahaya.

Begitu anda meninggalkan ubung dan mengwi Denpasar anda sudah harus melewati jalan terjal berliku di daerah Megati Tabanan. Di daerah selemadeg ini kita harus extra hati hati, jangan sesekali berkendara saat mengantuk. Memasuk daerah Antosari jalan berliku masih mendominasi jalur barat ini hingga pada pendakian dan turunan terjal di daerah Soka.

Memasuki daerah Jembrana meski jalan agak lurus, namun anda tetap harus waspada. Kecamatan pekutatan adalah batas kedua kabupaten Tabanan dan Jembrana. Patung pacuan kerbau di tepi pantai menjadi tanda perbatasan kedua wilayah. Meski tidak terlalu berkelok tajam namun kepadatan kendaraan di jalur yang tidak terlalu luas harus menjai perhatian serius para pengendara.

Tetapi kepenatan di jalan raya bisa terbayar dengan terbentangnya pemandangan yang indah. Di daerah Soka anda bisa beristirahat di resting area yang berada di tengah persawahan sambil anda bisa menikmati ombak pantai barat Bali. Pegunungan Bali yang berada di daerah selatan menjadi pemandangan yang tak kalah menarik, persawahan dan perkebunan kelapa dapat menyegarkan mata kita kembali.

Memasuki daerah Jembarana anda bisa mampir ke Medewi beach surga para peselancar, rehat sejenak di atas Rambut Siwi, pura yang berada di ketinggian pantai Barat yang memungkinkan kita melihat pemandangan dari atas dan menikmati indahnya sunset di pesisir pantai Barat.
Di tengah kesulitan itu ada kemudahan :)

Jembrana 7 Oktober 2013


Like

Melali ke Ujung Bali

Sekawanan monyet bergerombol dan berteduh di bawah pohon, beberapa diantara mereka bergelayut di dahan pohon. Pemandangan ini menjadi hiburan tersendiri bagi pengandara di sepanjang Taman Nasional Bali Barat. Mereka sesekali menunggu makanan yang dibuang para penumpang angkutan yang melewati jalur Trans Bali - Jawa. Daerah yang berada di ujung Barat pulau Bali ini menjadi post terakhir sebelum menyebrang atau tiba dari pulau Jawa.

Gilimanuk yang berjarak sekitar 120 km dari arah Denpasar dipenuhi berbagai macam angkutan yang hendak menyebrang ke Ketapang Banyuwangi. Saat memasuki gerbang penyebrangan, nampak sebuah Vihara besar berada di depan gerbang. Beberapa ferry teihat tiba dan meninggalkan gilimanuk. Warung penjaja makanan dan buah berjejer rapi yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari gerbang.

Saya memasuki wilayah ini ditengah ketatnya pengamanan APEC meeting yang berlangsung di Bali. Sejak awal perjalanan dari Pekutatan terlihat polisi berjaga, hampir tiap seratus meter petugas berompi hijau muda ini terlihat. Kali ini saya agak khawatir karena SIM sudah ekspire, beberapa kali saya ditahan akibat sweeping yang saban hari dilakukan di daerah perbatasan. Jika menggunakan motor tidak terlalu rumit melewati barikade sweeping ini, tapi jika sy bermobil dengan plat polisi nomor tunggal maka akan panjang daftar pertanyaannya :).

Tapi hari ini sangat menyenangkan tak ada sweeping, meski polisi ada di sepanjang jalan. Dua hari terakhir Bali disibukkan oleh upacara keagamaan. Hampir semua penduduk ke Pura, dua minggu menjelang Galungan dan Kuningan dianggap sebagai hari baik untuk melaksanakan kegiatan keagamaan. Bukan hanya sembahyang ke Pura tapi pada pekan ini banyak dilaksankan pesta perkawinan. Disepanjang jalan terlihat kerumunan di sekitar pura dan rumah penduduk yang melaksanakan hajatan pernikahan.

Galungan dan Kuningan menjadi puncak kegiatan upacara keagamaan bagi umat Hindu Bali. Beberapa Banjar dan Desa mengadakan upacara jelang perhelatan besar ini. Di pekutatan sendiri diadakan upacara sekitar seminggu pada Pura dalam mereka, lalu kemudian upacara beberapa hari di Pura Paseh yang berada di pinggir jalan Raya. Pakaian dan ikat kepala putih mereka kenakan pada acara acara ke Pura.

Sangat mudah mengenali Desa yang tengah mengadakan upacara, dari batas desa telah mereka pasang gerbang pertanda mereka tengah melaksanakan upacara. Dari pagi hingga tengah malam pura dalam yang berada di tepi pantai Pekutatan ramai dikunjungi warga, baik yang ingin sembahyang maupun hanya berkunjung untuk berbelanja pada warung warung makan yang banyak tersebar di sekita pura.

Karena tak banyak schedule yang bisa dikerjakan hari ini, saya meluncur ke Malaya. Berjarak sekitar 50 kilometer dari Pekutatan. Sebelum tiba di Melaya melewati Negara yang merupakan Ibukota kabupaten Jembrana. Tidak sulit mencari Desa Tuwed di Melaya, saya segera menemukan alamat yang dikirim Pak Agus ke saya. Sekitar dua kilometer masuk ke utara desa Tuwed saya menemukan tanda Subak Abian Sari Bumi tempat kelompok Tani Pak Agus.

Tanaman tanaman kakao yang tengah berbuah lebat berada di sekitar rumah pak Agus. Demplot sekitar 1,5 Ha ini cukup terawat bagus, meski musim panen telah lewat tapi kakao kakao pak Agus masih terus mengeluarkan buah. Tanda tana klon masih terpasang baik di dahan dahan kakao. Saya mengambil beberapa buah kakao mulai dari tunas hingga buah yang siap di panen, saya memilih klon sulawesi 2 yang berada tak jauh dari bengong pak Agus.

Tidak terasa waktu sudah pukul 12 siang ketika harus pamit dengan pak Agus, perbincangan tentang kakao membuat kami lupa waktu. Dalam perjalanan menuju gilimanuk sy mampir juga di Taman Jambe tempat pak Tawo berada, Ia juga seorang petani teladan di daerah ini. Memasuki kawasan kebunnya, nampak sebuah penginapan asri berada di depan. Sekitar 5 kamar dengan harga terjangkau hanya rp. 50.000 semalam kita bisa menikmati bermalam di kebun pak Tawo. Menuju rumah pak Tawo yang berada di tengah kebun kakao, saya melewati selasar yang dipenuhi tanaman kakao dikiri kanan jalan. Sebuah rumah asri tampak dari kejahauhan, dari anaknya sy tahu pak Tawo tak berada di rumah saat itu.

Berdiri sejenak di ujung pulau, menatap debur ombak pantai Barat. Dalam keremangan senja kembali menuju Pekutatan.

Gilimanuk, 9 Oktober 2013

Suatu siang di atas Bedugul

Memandang Bedugul dari ketinggian memberi kenikmatan tersendiri, semua aktifitas disekitar bedugul terlihat dengan jelas. Pura yang asri tengah dipenuhi para pemeluk agama Hindu, mereka tengah menggelar upacara keagamaan, suara gong musik pura terdengar ke tempat sy berteduh. Saya memilih mesjid Al Hidayah yang berada di ketinggian sebagai tempat mengasoh sambil menunggu kumandang azan dhuhur yang tak lama lagi.

Atraksi speed boat yang mengangkut wisatawan tak kalah serunya, sebagian pengunjung masih berdiri di dermaga menunggu giliran. Mobil para pelancong ini berjejer rapi di halaman tempat wisata yang bertebaran di sekitar danau. Para penjaja makanan tak kalah gesitnya menjajakan makanan ringan diantara warung warung makan yang ada. Raungan rombongan motor Gede bubarkan sekawanan burung yang hinggap di pagar mesjid.

Tak terhitung beberapa kali mampir ke daerah ini, yang jelas perubahan terjadi setiap saat bahkan terbilang sangat pesat. Tahun 90 an hanya satu dua tempat wisata yang ada di sekitar bedugul, kini tak ada lagi tempat yang kosong bahkan jalan jalan menuju Bedugul pun telah dipenuhi tempat wisata. Berbagai jenis wisata ditawarkan di wilayah ini mulai dari wisata kuliner, outbond hingga kunjungan kebun. Daerah yang memiliki Kebun Raya ini memang terbilang cocok sebagai daerah peristirahatan dan wisata. Selain udara yang sejuk tempat ini juga terbilang subur.

Saat melewati daerah puncak sari, saya mampir ke sebuah perkebunan strawberry. Selain menawarkan kunjungan ke kebun strawberry kitapun dapat memesan minuman buah tersebut. Namun sy tidak memesan strawberry melainkan memilih minuman yang lain, sy memilih juice seledri, rasanya lumayan enak hanya harganya yang luayan mahal. Untuk 1 gelas juice dipatok rata rata seharga rp. 30.000. Sy penasaran dengan juice seledri yang tdk terasa pahit bahkan terasa manis, salah seorang karyawan menjelaskan bahwa seledri itu ditambahkan dengan aple dan asinan mangga sehingga menghasilkan rasa manis meskipun tanpa gula.

Pasar pasar di daerah ini tertata dengan baik dan dipersiapkan juga sebagai tempat kunjungan wisata. Beberapa pasar traditional yang menjual sayur, buah dan makanan lainnya terlihat bersih dan teratur. Sebagai tempat wisata tentulah hotel menjadi bisnis yang menjanjikan. Harga hotel pun bervariasi dari yang murah rp. 200.000 hingga yang mahal. Tempat menginap dengan value terbaika adalah menuju kawasan kebun raya, di sini beberapa villa menyewakan kamar dengan harga terjangkau. Selamat berlibur

Bedugul 13 oktober 2013

Sapuan Embun di Pupuan

Hawa dingin segera menyergap keseluruh tubuh, tangan terasa kaku dan badan agak menggigil akibat angin yang menerpa. Di puncak pupuan embun masih enggan meninggalkan daerah ketinggian ini. Masih tertera 48 km menuju Singaraja, terlihat embun yang membentuk kabut menutupi lembah kaki gunung. Perlahan mentari muncul di balik gunung Agung.

Sekumpulan wanita bali diatas pickup terbuka, membawa nyiur menuju pura. Sekawanan anjing penjaga kebun sibuk menyalak. Anak sekolah berseragam putih biru melintas menuju tempat belajar mereka. Diantara Pohon pohon cengkeh yang berbaris rapi terlihat undakan sawah yang menghijau. Beberapa masih terlihat baru ditanam, undakan yang memenuhi lembah dan bukit menyajikan panorama yang indah.

Rehat sejenak di resting area memungkinkan melihat kawasan pupuan dan sekitarnya, sebuah sungai besar mengalir di bawah. Nampak sebuah bendungan besar yang tengah dibangun, jalur jalur sutet yang tinggi terlihat rendah dibawah. Seseorang mengenakan topi yg sangat famniliar, topi yang kami buat untuk petani di tenggara. Segera saja kukenali pak Bento salah seorang petani dari lembah subur Ladong Kolaka. Ia tinggal di depan rumah H Tahing kepala desanya. Perbincangan segera hangat tentang kebun kebun kakao di daerahnya. Ia bercerita bagaiamana kakao sekarang hancur di perkebunan perkebunan mereka.

Hawa dingin masih terasa saat berbincang dengan pak Bento, ia kembali ke Bali karena ingin merayakan Galungan dan Kuningan yanga akan berlangsung minggu depan, ia berada di bali beberapa hari lalu dan kembali selepas kuningan nanti. Persiapan warga Bali jelang kuningan telah nampak beberapa minggu in. Tiap banjar dan desa mengadakan upacara, dana beberapa hari jelang acara tersebut upacara keagamaaan dilaksanakan di tiap pura. Dalam beberapa hari terakhir hingga minggu depan kami tidak bisa banyak melakukan kunjungan lapangan.

Segera melanjutkan perjalanan menuju Temukus Singaraja. Setelah mengikuti rapa di sana saya harus mengejar pesawat terakhir ke Makassar untuk merayakana Idul Adha. Jalan menurun menuju Seririt perbatasan Singaraja, berbalik arah menuju Lovina sebelum akhirnya tiba di Temukus. Seekor ikan bakar menghangatkan perut sebagai sarapan, alunan ombak pantai lovina menemani sarapan sebelum rute panjang hari ini.

Lovina 14 Oktober 2013
Comments
Muhammad Yusuf Saleh Yos
Write a

Menjangkau Petani Kakao di Malunda

Suasana haru meliputi perasaan saya saat membuka cabang pembelian kakao di kabupaten Majene. Betapa tidak, tempat lokasi kami membuka cabang berada di daerah Malunda. Beberapa daerah sekitar Malunda dikenal sebagai sentra coklat di kab. Majene dan sebagian besar wilayahnya berada di pegunungan. Wilayah ini sangat sulit dijangkau oleh transportasi umum. Saya teringat beberapa tahun yang lalu menjelajahi wilayah ini. Saat itu kami berjalan menyusuri daerah Kabiraan menuju Taukong hingga udung lemo sebelum berakhir di Tammeroddo. Di beberapa wilayah bukan hanya sulit ditempuh kuda apalagi kendaraan bermotor.

Kami harus melintasi 7 buah sungai besar dengan mean yang curam. Kami melintasi pemukiman yang sebagian besar bertanam kakao, tak jarang kami berpapasan petani yang tengah memikul kakao kakaonya menuju desa terdekat. Saat itu saya membayangkan betapa sulitnya mereka menempuh perjalanan untuk menuju pasar menjual komoditas pertanina mereka, dan sudah barang tentu mereka tidak punya posisi tawar terhadap harga. Bukan hanya kemampuan posisi tawar bahkan informasi hargapun sulit mereka dapatkan.

Sy bersyukur dan gembira kini mereka datang berbondong bondong menuju lokasi pembelian ini. Sekitar puluhan petani sudah datang sejak pagi. Sy baru tiba dari Mamuju dan beberapa kawan dari Makassar turut membantu. Dengan acara sederhana kami buka lokasi pembelian ini dengan harapan semoga bermanfaat buat para petani kakao di daerah sekitar. Mereka dapat melihat langsung proses kualiti yang memungkinkan mereka mendapat keadilan harga. Mereka turut terlibat dalam proses kualiti mulai dari penimbangan, penghitungan kadar air, sampah hingga cut test.

Hari ini kami mengeluarkan harga Rp. 27.500 imana harga ini berasal dari harga pasar yang dipatok di pasar New York. Ada dua pasar yang menentukan harga kakao dunia ini yakni pasar saham london dan New york. Kita di Indonesia cenderung mengikut harga new york karena mereka tutup paling akhir. Selain harga pasar di bursa, harga kakao di Indonesia juga melihat nilai tukar rupiah hari ini, karena harga bursa menggunakan US Dollar. Dalam penentuan harga dasar ini juga beberapa industri menggunakan diferential sebagai biaya kakao hngga menuju gudang dan pabrik. Harga ini juga sangat ditentukan oleh kualitas kakao yang kita miliki. Ada standard kualitas kakao yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui SNI. Bila dibawah standard maka kadang dikenakan potongan sehingga mengurangi harga dasar, namun tak jarang yang menetapkan penambahan harga pada kualitas yang berada diatas standard.

Selama ini para petani kebanyakan menjual kepada para tengkulak, yang kebanyaklan membeli kakao peani yang masih dalam keadaan basah bahkan masih dalam bentuk buah. Padahal jika petani bersabar untuk mengolah biji kakaonya maka harga ang mereka terima akan lebih baik. Sebut saja fermentasi, dengan melakukan proses ini maka para petani akan mendapatkan harga premium yang cukup baik selain reward program yang ada. Reward program ini berdasar pada tonase yang mereka kirimkan, pada setiap 300 kg akan mendapatkan reward mulai dari gunting okulasi hingga bibit anak sapi yang dapat diintegrasikan di kebun kakao mereka.

Turut hadir pada pembukaan sederhana ini dari dinas perkebunan , Swiss Contact , Nestle dan kawan kawan dari BT Cocoa. Acara yang diawali sambutan, doa dan kami akhiri dengan penimbangan perdana. Kantor yang berlokasi disamping mesjid Raya Malunda ini dapat menampung sekitar 10 MT biji kakao, dari Malunda sanjutnya biji kakao ini akan dikirm ke Gudang Makassar lalu kemudian ke Tangerang untuk diproses menjai bubuk kakao. Selain pembukaan di Majene, BT Cocoa juga telah menggunakan gudang yang lebih besar di daerah Tasiu Mamuju guna menampung kakao di daerah sekitar Mamuju.

Semoga keberadaan cabang pembelian ini membawa manfaat buat para petani kakao di daerah Desa Lomba , Takapa, Panappo
Taukong, kabiraang ulumanda dan sekitarnya.

Malunda , 22 Oktober 2013

Meninjau Malinau

Meninjau Malinau part 1
Saya memeriksa kembali ticket pesawat yang dikirmkan kemarin oleh afwandi. Tertera jadwal keberangkatan hari ini pukul 9.30 yang berarti sy sdh harus ke airpport pukul 8.00 karena jarak anatara rumah dan bandara ditempuh hanya sekitar 30 menit. Pesawat srwijaya akan membawa kami dari makassar menuju Balikpapan dan selanjutnya pada pukul dua nanti akan menerbangkan kami kembali ke berau. Perjalanan akan kami lanjutkan menuju Malinau dengan mobil, informasi yang sy dapatkan dari panitia perjalanan darat akan ditempuh sekitar 4 jam.

Acara yang diprakarsai oleh GIZ yakni lembaga swadaya yang bekerja untuk pemerintah jerman adalah follow up dari pertemuan awal di Bali bulan lalu. Saat itu Giz membawa serta pemerintah Berau dan Malinau untuk mengunjungi progran kami yang ada di Bali, mereka sangat tertarik untuk mengimplementasikan apa yang kami lakukan di bali. Tujuan kunjungan kami adalah untuk mensurvey kelayakan kedua kabupaten tersebut untuk pelaksanaan program. Sy bersama kiki dari BT akan melihat dar dekat proses produksihingga supply chain dari kedua daerah tersebut.

Cuaca cerah saat shuttle bus mengantar kami ke pintu pesawat, beberapa hari ini makassar mendung dan hujan, pengumuman boarding tepat waktu pkl 9.00. Saya sengaja memilih masuk ke salah lounge yang ada di bandara sultan hasanuddin untuk memanfaatkan wifi agar bisa mengirim laporan ke jakarta, selain itu saya pun tidak sempat sarapan pagi tadi . Kali ini sy membayar cash karena semua credit card sy telah sy off kan, pembayaran cash rupanya sudah naik biasanya sy hanya membayar rp. 50.000 kini harus membayar rp. 80.000. Pkl 7 pagi kiki yang akan berangkat bersama saya menjemput saya, kami tiba di bandara pukul 8.

Tertera SJ0568 di boarding pass kami, rute yang berada di pengumuman mks-palu-bpn-berau-tarakan. Saya baru menyadari bahwa perjalanan ini harus transit di bandara mutiara palu.....bersambung

Cukup lama berada di landasan pacu tanpa ada keterangan yang jelas, kami telah berada diatas pesawat beberapa menit selepas pukul sembilan. Saat waktu menujukkan pkl 10.00 perlahan pesawat melaji dan menembus awan kota makassar. Kami tiba di mutiara sekitar pukul sebelas dan melanjutkan perjalanan ke Balikpapan dengan pesawat yang sama setelah berhenti sejenak di bandara mutiara..........


Berjibaku di jalur Berau Malinau

" Di tengah ketegangan tiba tiba dua buah bayangan berkelabat dari sisi mobil kami, sambil menghunus parang kedua pria ini bergerak cepat ke arah depan. Kami masih dalam mobil menunggu. Kami tak bersenjata, tak ada sesuatu bendapun yang dapat kami gunakan jika terjadi apa apa, yang ada hanya kunci roda kata Roni saat kutanya tadi "

Hujan baru saja reda ketika mobil kami berbelok menuju malinau dipertigaan antara tanjung selor dan malinau. Jalan yang masih dalam pengerasan menandai jalan menuju malinau sementara jalan lurus ke arah tanjung selor masih mulus semulus jalan yang kami lalui dari berau, sebuah jembatan besar yang melintasi badan sungai menandai wilayah yang menuju salah satu kabupaten yang baru mekar 2012 lalu.

Serasa naik rollet coaster jalan yang mendaki, meliuk dan menurun tajam. Dikiri kanan jalan dihiasi perkebunan sawit, sesekali nampak pohon pohon besar yang selamat dari pembantaian hutan yang berlangsung dari th 70 hingga 90 an. Kini tak ada hutan angker kalimantan yang sering kita dengar, yang ada hanya beberapa kayu kurus teronggok ditepi jalan guna pembukaan lahan perkebunan baru.

Hari mulai gelap meski jam baru menunjukkan pukul 5 sore, agak berbeda di daerah berau memasuki wilayah Kalimantan utara pepohonan lebat masih banyak terlihat dan menghalangi matahari yang mulai condong ke barat. Alunan musik yang diputar Roni driver kami terdengar sumbang akibat guncnagan mobil di jalan yang berlubang.

Perjalanan diperkirakan akan memakan waktu sekitar 5 jam lagi. Dari berau ke Tanjung selor kami tempuh sekitar 2,5 jam. Tepat pukul 2.30 kami meninggalkan rumah makan padang yang berada di tanjung redeb ibu kota kab berau. Hanya sekitar 1 km jalan rusak setelah kemudian kembali kami menapaki jalan beraspal yang mulus.

Kami check out dari hotel Derawan indah pada pukul 6.00 untuk menuju desa suaran tempat kebun kakao pak toto berada. Sarapan lebih awal pada pukul 5.30. Tempat yang berjarak sekitar 28 km kami hanya dalam beberapa menit. Hamparan perkebunan kakao milik keluarga pak toto segera terlihat. 3 ekor anjing super aktif segera menyambut kami, pelajaran tentang anjing membuat sy waspada. Ekor anjing anjing itu tertekuk kebelakang pertanda penyambutan yang kurang baik. Untung pak toto segera tanggap dan menenangkan anjing anjing tersebut. Rimbunan buah kakao pada kebun yang terawat baik segera menghibur kami. Jumlah buah yang ada dalam satu pohon memungkinkan pak toto menghasilkan 2 mt per ha. Pria berusai ini mengelola 4 hektar kebunnya dengan 3 orang pekerja termasuk dirinya. Kebun kebun kakao yang berada masih keluarga dekat dengan pak toto.

Suaran adalah wilayah kakao kedua yang kami kunjungi sejak kami menjejakkan kaki di wilayah paling ujung pulau kalimantan ini. Sehari sebelumnya, saat mendarat kami langsung mengunjungi daerah Makasan. Kami mengunjungi beberapa kebun petani kakao. Para petani yang kebanyakan dari sulawesi ini mengeluhkan apresiasi harga yang mereka terima. Pada saat di sulawesi mendapatkan harga 27.500 kakao kering mereka hanya dihargai pada kisaran rp. 13.000 hingga 17.000. Pak udin salah seorang ketua kelompok tani mengantar kami ke kebunnya serta beberapa kebun petani disekitarnya. Beberapa kakao terlihat terserang penyakt, sementara pengolahan pasca panen juga masih rendah. Mereka masih menjemur menggunakan terpal belum menggunakan para para seperti yang umumnya dilakukan di daerah Sulawesi. Pria yang beberapa bulan belajar budi daya di daerah sandakan malaysia ini mengatakan bahwa mereka tidak melakukan fermentasi karena tak ada perbedaan harga yang mereka terima jika melakukan fermentasi.

Sebalik dari suaran rombongan yang terdiri dari saya, kiki dan afwan dari giz menuju kantor dinas perkebunan kab. Berau. Kami diterima di ruang rapat oleh sekertaris perkebunan dan pak Amran kabid perlindungan tanaman yang mewakili kepala dinas.

Kami baru saja melintasi batu km bertuliskan 177 malinau , berarti dari pertigaan tadi sekitar 200 km. Sehingga sy memprediksi total perjalanan yang kami tempuh via darat berau malinau sekitar 350 km jauhnya. Beberapa ruas jalan yang lubang akibat longsor membuat isi perut ikut berguncang. Jalan sempit yang diapit bukit dan jurang membuat driver kami yang orang bone ini harus lebih berhati hati.

Memasuki daerah jurang rebo, perut saya mulai terasa mual, seakan ada yang mendesak dari dalam. Sy merasa rendang yang berada di dalam perut seakan memaksa keluar kandang . Kombinasi jalan yang berliku dan mendaki, menjadi paduan serasi dengan jalan yang rusak dan berlubang untuk mengeluarkan isi perutku. Kepala pening menjadi tanda bahwa tubuh ini sangat kompak dengan kondisi medan yang ada. Musik yang terdengar bukan menghibur malah seakan memperlancar keluarnya isi perut yang bercampur mochachino saat berhenti dipertigaan tadi.

Sy masih tetap berusaha menahan muntahan akibat guncangan mobil ke kiri dan ke kanan akibat jalan yang semakin rusak parah, sesekali kami melewati aspal mulus sebelum masuk kubangan lagi. Belum selesai perasaan mual, kini sesuatu dari dalam yang lain memaksa untuk keluar. Saat melewati perkampungan tadi, saya sudah ingin mengingatkan driver untuk berhenti sejenak. Namun apa daya mobil tetap melaju hingga kini memasuki kawasan hutan di tengah gelap. Karena sudah tidak tahan dan kemungkinan untuk bertemu kampung sangat kecil, maka sy meminta supir untuk menepi. Terasa plong sesaat setelah melepas hajat di tengah hutan yang gelap, saya tak berani berada jauh dari mobil karena tidak mengetahui kondisi medan yang ada.

Perjalanan kembali kami lanjutkan, sesekali sy memejamkan mata namun tak bisa tertidur. Suasana jalan disekitar hutan kalimantan ini semakin gelap, jam masih menunjukkan pukul 8 malam ketika hujan rintik mulai membasahi badan jalan. Suasana hening di mobil kami tiba tiba berubah menjadi ketegangan , sebuah pohon besar menghalangi jalan kami. Insting kewaspadaan saya tiba tiba muncul, saya melarang semua penumpang untuk turun.

Di tengah guyuran hujan saya meminta supir untuk mundur dan berjaga jarak dari pohon, saya khawatir ini penghadangan. Kiki meminta Ronny menyalakan lampu besar untuk melihat lebih jelas, saya memperhatikan kalau kalau ada gerakan dari balik pohon. Saya meminta supir untuk maju kembali melihat lebih dekat, meski tak ada yang mencurigakan saya tetap melarang tim untuk turun dari mobil. Sekali lagi saya meminta rony untuk mundur dan mengambil jarak dari pohon yang tergeletak di tengah jalan. Saya meminta ia mengambil posisi yang memungkinkan kami berbalik arah jika terjadi sesuatu, kami memilih untuk menunggu mobil lainnya dari belakang kami.

Di tengah ketegangan tiba tiba dua buah bayangan berkelabat dari sisi mobil kami, sambil menghunus parang kedua pria ini bergerak cepat ke arah depan. Kami masih dalam mobil menunggu. Kami tak bersenjata, tak ada sesuatu bendapun yang dapat kami gunakan jika terjadi apa apa, yang ada hanya kunci roda kata Roni saat kutanya tadi. Setelah kedua pria ini mulai memotongi dahan dahan pohon yang ada di depan kami, maka barulah saya memberi tanda untuk turun, kami ikut turut membantu menyingkirkan dahan dahan tersebut. Kami bersyukur truk yang berhenti di belakang kami memiliki peralatan untuk menyingkairkan pohon tumbang ini, mereka rupanya sudah sangat mengenal medan sehingga telah siap dengan peralatan. Berbeda dengan kami tak seorangpun yang mengenal medan dengan baik.

Roni driver kani meski tinggal di Berau namun belum pernah melewati jalur ini, sementar Afwandi baru sekali melintasi jalur ini namun bukan pada malam hari namun siang hari. Jadi kami berempat belum ada yang mengenal medan daerah ini dengan baik. Berdasar hal ini maka saya sangat berhati hati dengan medan yang kurang kami kenal. Meski tadi sebuah sepeda motor telah berada di seberang jalan kami, saya ingin memastikan sesuatu benar benar aman baru kami bisa turun dari mobil.

Lepas dari ketegangan kami kembali memacu kendaraan menuju kota yang masih berjarak sekitar 100 km ke depan. Karena kurang paham medan hampir saja kami tersesat masuk ke daerah pertambangan. Supir alat berat pertambangan mengarahkan kami menuju kota Malinau. Jam menunjukkan pukul 11 ketika kami menyetuh jantung kota Malinau, suasana kota hening karena hampir semua penduduknya telah pulas di tengah suasana hujan rintik. Bersyukur sebuah warung di sekitar hotel masih buka sehingga semangkuk soto ayam panas segera menghangatkan perut yang sempat berontak di jalan tadi. Tak satupun warung yang kami temui di sepanjang jalan berau - malinau ini. Kasur empuk hotel Mahkota segera memanjakan tubuh yang lelah sepanjang ratusan kilometer ini.

Malinau 28 Oktober 2013
Andi Amri Marzuki Wah ada penampakan ya pak
Muhammad Yusuf Saleh Yos
Muhammad Yusuf Saleh Yos AAM : sy kira penghadangan ternyata pohon tumbang beneran karena angin kencang :)
Muhammad Yusuf Saleh Yos
Write a comment...
Just landed @Sepinggan Balikpapan by GA669 CRJ bombardir 1000 from Tarakan