Jumat, 29 Juli 2016

go by ojek

Go by Ojek
By Muh. Yusuf Saleh
Gojek yang menjemput segera kukenali, pria berhelm hijau tengah mengangkat HP saat kuhubungi. Ia segera tersenyum dan melambai dari ujung stasiun. Saya order gojek sesaat sebelum turun di stasiun Karet dengan arah Dipo Tower. Nama driver Rudy Syarifuddin serta menit ketibaan 3 menit jarak 3 km dan harga Rp 15 000 yang harus Sy bayarkan.
Fenomena gojek dengan jaket hijaunya memenuhi jalan jalan ibu kota Jakarta. Saat melintasi Senayan ratusan orang antri untuk mendaftar menjadi driver gojek. Gojek tidak bermain sendiri kini ada grab Bike asal Malaysia yang menandakan pasar ini masih terbuka luas.
Kejelian melihat peluang dan inovasi penggunaan IT menjadikan Gojek ini booming. Ribuan orang kini terdaftar sebagai Driver gojek. Beberapa orang berhenti dari pekerjaannya dan menggeluti gojek sebagai pekerjaan utamanya. Iwan seorang driver gojek mengatakan menghasilkan 7 juta bulan lalu, bahkan beberapa testimoni menyebutkan angka 10 juta per bulannya penghasilan mereka.
Menurut Iwan bahwa mereka mendapatkan 80 persen sementara managemen mengambil 20 persen dari tarif sekarang Rp. 15.000 sebelumnya 10.000. Grab Bike competitor Gojek bahkan tidak tanggung tanggung banting harga Rp. 5.000 sebagai promosi dan berinvestasi sekitar 2,5 T. Dengan bagi hasil 90 :10.
Layanan Gojek bukan hanya antar jemput penumpang. Pada menu aplikasi kita bisa memilih 4 layanan yakni transport, instan courier, go Good dan shoping. Selain melengkapi helm dan jaket Driver juga dilengkapi dengan HP yang terhubung ke call CENTER dan GPS . Penggunaan teknologi inilah yang membedakannya dengan ojek konvensional yang hanya menunggu. Posisi puluhan ojek segera terdeteksi di layar saat kita menentukan posisi awal kita. Layanan tambahan lainnya adalah mereka segera menyodorkan masker sebagai pelindung debu.
Saya mendapatkan informasi dan cara order ojek satu salah seorang Staff. Sesaat setelah mengisi data diri berupa nama No HP serta email, maka saat itu juga kita bisa melakukan tranksaksi. Saya memilih gojek untuk jalur jalur yang saya kurang paham. Meski cukup familier jalanan di jakarta namun tidak terlalu update dengan kamu jalur terkini serta beberapa perbaikan ruas jalan, tak jarang saya harus membayar lebih banyak jika menggunakan layanan taksi.
Tapi bukan berarti Gojek bisa melaju begitu saja. Selain kompetitor baru merek Grab Bike dan Saya yakin masih akan muncul layanan sejenis lainnya. Tantangan terberat kini menjamurnya penolakan gojek dan Grab Bike di sejumlah tempat, terutama halte halte pemberhentian kereta, bus wah dan pangkalan ojek. Sy juga mengalami kesulitan order Gojek di daerah rural seperti saat berada di Serpong. Kita juga harus berhati hati menahan Gojek di jalan tanpa order di web, Sy diminta lebih dari harga wajib karena jauh muter katanya.
Ada sisi lain dari mewabahnya Gojek ini, bisa dibayangkan mobilisasi Driver ojek yang berjumlah ribuan ini. Taruh saja jika ada yang mampu menggerakkannya dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Untuk pemanfaatan lainnya yang kita kenal dengan leverAge seperti pemasangan iklan di motor dan web gojek. Belum lagi jika terjadi Partnership antara Persija dan Gojek.
LikeShow more reactions
Comment

Tidak ada komentar:

Posting Komentar