Rerimbunan
kakao segera terlihat begitu kami memasuki daerah Penebel kelompok Tani
Tunjung sari berada di daerah ini. Segera kami menggenggam kakao yang
tengah dijemur kelompok tani. Di sebelah kanan penjemuran nampak sebuah
gudang penjemuran yang cukup luas untuk ukuran sebuah kelompok tani. Di
sampingnya lagi berjejer beberapa buah kotak fermentasi. Box box ini biasanya penuh pak jika sedang musim kata seorang ibu yang juga anggota kelompok tani Tunjung Sari.
Setelah ikut menyortir beberapa biji kakao yang tengah dikerjakan ibu ibu, kami segera diterima dan dijamu ruang kantor mereka. Di ruang berukuran 4x5 ini terdapat data wilayah dan komoditi yang berada di daerah ini. Kopi Bali segera terhidang tak begitu lama setelah kami memulai perbincangan. Kami berbincang dengan pak Wayan salah satu pengurus. Ia menjelaskan tentang Tri Hita yang harus dimiliki sebuah subak di Bali, ketiga point yang harus dimiliki lanjutnya adalah yg pertama harus ada Hubungan antara subak dengan sang Hyang Widi, yang kedua adalah terciptannya hubungan antara sesama manusia dan yang ketiga adalah harmonisasi dengan alam sekitar.
Pembicaraan juga mengarah pada penurunan produktivitas dan alih lahan kakao ke beberapa tanaman seperti kayu. Masyarakat Bali yang hanya memliki kebun kecil merasa bangga bila menanam beberapa komoditas di tanahnya ujar pak Wayan .Kebanyakan alih lahan karena hama dan penyakit,
Setelah menghabiskan secangkir kopi, kami bergerak ke kelompok lainnya yakni ke Mandala Mekar. Perjalanan mendaki yang berkelok terbayar dengan pemandangan yang indah. Berada di puncak bukit yang dipenuhi hamparan sawah yang tengah menghijau, sebuah poster besar menunjuk arah kelompok ini berda di ujung jalan desa. Beberapa box fermentasi terisi biji yang tengah difermentasi, ada yg sdh dua hari namun ada juga yang baru di masukkan hari ini. Seorang petani membawa sekarung biji basah untuk difermentasi ketika kami sedang berbincang dengan pengurus Mandala Mekar, pekarangan penjemuran juga nampak penuh dengan biji yang tengah dikeringkan.
Coklat panas segera terhidang di tengah perbincangan tentang proses fermentasi dan mikro finance. Pak Nyoman menjelaskan tentang program wow finance yang belum jalan karena provider yang ditunjuk beluk masuk ke wilayah ini. Kelak petani akan memiliki nomor rekening, dan tak perlu transaksi tunai jika program ini sudah berjalan ungkap Nyoman yang juga FF BT. Cocoa. Beberapa tamu sering mengunjungi kelompok ini yang dikenal sangat aktif dalam melakukan pengolahan dan pemasaran bersama.
Setelah ikut menyortir beberapa biji kakao yang tengah dikerjakan ibu ibu, kami segera diterima dan dijamu ruang kantor mereka. Di ruang berukuran 4x5 ini terdapat data wilayah dan komoditi yang berada di daerah ini. Kopi Bali segera terhidang tak begitu lama setelah kami memulai perbincangan. Kami berbincang dengan pak Wayan salah satu pengurus. Ia menjelaskan tentang Tri Hita yang harus dimiliki sebuah subak di Bali, ketiga point yang harus dimiliki lanjutnya adalah yg pertama harus ada Hubungan antara subak dengan sang Hyang Widi, yang kedua adalah terciptannya hubungan antara sesama manusia dan yang ketiga adalah harmonisasi dengan alam sekitar.
Pembicaraan juga mengarah pada penurunan produktivitas dan alih lahan kakao ke beberapa tanaman seperti kayu. Masyarakat Bali yang hanya memliki kebun kecil merasa bangga bila menanam beberapa komoditas di tanahnya ujar pak Wayan .Kebanyakan alih lahan karena hama dan penyakit,
Setelah menghabiskan secangkir kopi, kami bergerak ke kelompok lainnya yakni ke Mandala Mekar. Perjalanan mendaki yang berkelok terbayar dengan pemandangan yang indah. Berada di puncak bukit yang dipenuhi hamparan sawah yang tengah menghijau, sebuah poster besar menunjuk arah kelompok ini berda di ujung jalan desa. Beberapa box fermentasi terisi biji yang tengah difermentasi, ada yg sdh dua hari namun ada juga yang baru di masukkan hari ini. Seorang petani membawa sekarung biji basah untuk difermentasi ketika kami sedang berbincang dengan pengurus Mandala Mekar, pekarangan penjemuran juga nampak penuh dengan biji yang tengah dikeringkan.
Coklat panas segera terhidang di tengah perbincangan tentang proses fermentasi dan mikro finance. Pak Nyoman menjelaskan tentang program wow finance yang belum jalan karena provider yang ditunjuk beluk masuk ke wilayah ini. Kelak petani akan memiliki nomor rekening, dan tak perlu transaksi tunai jika program ini sudah berjalan ungkap Nyoman yang juga FF BT. Cocoa. Beberapa tamu sering mengunjungi kelompok ini yang dikenal sangat aktif dalam melakukan pengolahan dan pemasaran bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar