Kamis, 28 Juli 2016

Memburu burung biru

Memburu dan mengambil Burung Biru

Saya tengah mencoba layanan Grab taxi online. Seorang nama Driver dan harga muncul di HP saya. Tak lama kemudian Pak Simbolon menelpon dan tak lama kemudian saya sudah di atas mobil Avansa. Kami hanya perlu registrasi melalui No Telp atau Facebook, mereka langsung verifikasi dan kita sudah bisa mengisi lokasi asal dan tujuan.

Menarik menuliskan moda transport yang lagi trend ini, apalagi beberapa Minggu lalu heboh tentang demo taxi konvensional. Meski demo supir taxi telah usai, namun jangan sangka persoalan telah selesai. Bak api dalam sekam, bila tuntutan mereka terhadap pelaksana angkutan online tidak dipenuhi, mereka akan kembali ke jalan dengan jumlah lebih besar. Bila tidak diantisipasi bisa saja terjadi bentrokan besar kedua moda sama namun beda flatform .

Berbincang dengan dua pengendara taxi terbesar di Jakarta Blue bird dan Express, memberi gambaran tentang apa yang terjadi dan apa yang mereka rasakan. Yang mereka rasakan penghasilan mereka menurun drastis sekitar 50 persen, banyak kawan mereka harus berhenti. Jelas stabilitas ekonomi keluarga mereka terganggu. Armada blue bird mereka perkiraan sekitar 25.000 sementara Express sekitar 15 ribuan unit.

Mereka menengarai sekitar 30 an ribu taxi online Grab dan Uber, belum lagi Gojeg dan Grab Bike. Sementara taxi lain berbagai merek diperkirakan sekitar 40 ribuan. Bisa dibayangkan hiruk pikuknya Jakarta memperebutkan remah remah roti ini. Dampak pada boomingnya moda transportasi aplikasi online ini makin memperparah kemacetan ibukota yang memang sudah parah. Perbaikan berbagai ruas jalan untuk MRT juga menambah jam jam kita berada di jalanan.

Tuntutan mereka agar taxi online juga melakukan KIR, mengganti plat menjadi plat kuning serta mempersyaratkan Driver menggunakan A Umum. Tuntutan ini agak sulit dipenuhi oleh taxi aplikasi ini. Mereka berpendapat , kami ini seperti mobil carteran. mereka keberatan untuk KIR karena harus menggunakan plat kuning dan biaya yang cukup mahal. Mereka lebih sepakat menggunakan stiker, meskipun kata mereka bahwa ini bisa merugikan taxi konvensional karena mereka bisa dicegat dimana saja seperti Gojek. Perusahaan telah mengantisipasi jika harus menggunakan KIR, biaya akan dicicil melalui pemotongan biaya.

Dampak sesungguhnya terbesar dirasakan oleh pengusaha taksi, bulan Driver . Hampir 80 persen Driver taxi konvensional yang berpindah ke online. Bayangkan hasil yang mereka peroleh 80 persen, dibanding taksi konvensional hanya dapat komisi setelah potong pengeluaran. Seperti yang diungkapkan Pak Simbolon salah seorang Driver Grab yang saya tumpangi sore ini, kalo di konvensional kami dapat 600 ribu, maka supir hanya bisa bawa pulang sekitar 100 ribu , dengan taxi online kami bisa bawa 400 an ribu rupiah.

Semoga damai damai saja, kita tidak bisa menolak perubahan. Yang bisa kita lakukan adalah berdamai dengan perubahan , menjadi lebih baik lebih efisien . Bayangkan aja ,saya tidak perlu tegang memandang argo saat terjebak kemacetan bandara ke arah kota Jakarta. Teringat Jhon Naisbith seorang futuoloh dalam bukunya megatrends 2000, telah memprediksi bahwa kedepan menjadi abad Teknologi Informasi, siapa yang menguasai teknologi informasi akan menang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar