Minggu, 31 Juli 2016

Pekutatan Sepang

Pekutatan – SepangUdara dingin pegunungan segera menyergap ketika merayapi punggung pulau bali dengan motor, hawa dingin bahkan menembus jaket kulit yang saya kenakan. Pemandangan asri dan indah diantara kelokan kelokan jalan , sesekali kuintip jurang jurang yang cukup dalam di sisi kiri dan kanan jalan. Sekitar 30 menit saya sudah berada di Dapdap putih desa Tisa. Saya berangkat dari Pekutatan Jembrana menuju Sepang Buleleng. Pukul 7 tadi saya sudah meninggalkan rumah menuju kantor yang berada di pekutatan, adi salah seorang tenaga lapangan sy menyarankan sebaiknya mengendarai motor menuju lokasa. Betul juga saran adi, jalan sempit dan berlku ridak terlalu effektive buat land cruiser mobil kami, dan terasa lincah dengan menggunakan motor trail milik kantor.Kami akan menghadiri pertemuan dengan salah satu subak di daerah Buleleng, subak adalah sebutan untuk kelompok tani di Bali. Saat ini kami tengah membina 8 subak abian di pulau dewata ini. Pada pameran beberapa waktu yang lalu, kepala dinas perkebunan Buleleng tertarik menjajaki kerja sama dengan kami. Mereka menjadwal dua kali pertemuan dengan subak abian mereka yakni pada tanggal 10 septemebr hari ini dan pada tanggal 12 september berikutnya.Kami bertiga akan menghadiri acara tersebu, kami start dari 3 arah yang berbeda. Sy start dari base saya d pekutatan kab. Jembrana, Adi start dari desa Angkah kab. Tabanan dan yosua start dari Temukus kab. Buleleng. Sy sudah peenah melewati jalur ini sebelumnya, yakni dari Pekuatatan menuju gudang kami yang berada si temukus. Beberapa kawan menghindari jalur ini karena jalannya yang berliku. Sarana jalan di Bali harus saya akui sangat bagus, tidak ada satu desa pun yang tidak terhubung oleh jalan aspal, pekutatan ke temukus pun ada beberapa alternatif salah satunya adalah lewat jalan utama yang cukup rata. Namun jika anda ingin menikmati pemandangan pegunungan kita bisa melewati jalur pupuan ini. Selain menikmati pemndangan yang indah, udara segar pun dapat kita hirup. Kita juga akan melewati satu objek wisata mereka yakni punuk Bolong, sebuah pohon raksasa yang berlubang di tengahnya. Saking besarnya lubang pohon ini, kendaraan bisa melintas di bawahya.Beberapa waktu yang lalu sy juga penasran dengan jalur menuju sebuah air terjun. Terpanpang sekitar 7 km I papan penunjuk arah. Jalan terjal dan mendaki, namun kondisi jalan teraspal dengan baik. Kami melewati beberapa desa sebelum akhirnya sampai ke tempat aier terjun. Swbuah pura beerdiri megah di tepi jalan menuju aie terju, kami harus melewati anak tangga yang menurun. Saya bertanya kepada salah seorang warga jarak menuju air terjun. Sekitar 1 km ujarnya, namun setelah menuruni puluhan anak tangga, jalan terjal menuerun segera mwnghentikana langkah saya. Waktu sudah menjelang maghrib ketika kubatalkan unrtuk menuruni anak tangga terjal menuju air terjun. Saya membayangkan akan membutuhkan energy yang cukup banyak untuk mendaki pada saat balik nanti. Saya dan Aswar tidak mempersiapkan untuk berjalan kaki, kami tadinya hanya penasaran dengan arah penunjuk jalan yang betada di tepi jalan tak jauh dari kantor kami.Satu jam lebih sy menunggu teman teman di Dapdap putih namun belum ada yang muncul, yosua masih menunggu teman teman dari dinas sementara adi masih dalam perjalanan. Sy menikmati kacang rebus di daerah yang cukup tertutup dari pendatang ini. Ibu warung menceritakan bahwa di kampung mereka tidak terlalu terbuka buat warga pendatang, makanya pasar kami agak sepi karena masyarakat bali kurang pandai berdagang. Memang ada sebuah warung di sebelah kami, meski orang madura kata ibu itu namun penjual yang dimaksud sudah lahir di daerah ini. Ibu warung menyedukna kopi dan mempromosikan kopi dari daerahnya ini. Awalnya sy tidak tertarik untuk membeli, namun saat ke toilet saya melintasi halaman yang dipenuhi kopi yang tengah di jemur. Saya membeli sebungkus seharga rp. 22.000 dan mendapatkan free secangki kopi bali. Saat melewati punuk bolong tadi sebenarnya sy ingin mampir menikmati secangkir kopi, namun warung warung di sekitar puinut bolong belum pada buka dan saya masih sempat menyeruput kopi sebelum berangkat tadi. Aroma dan rasa kopinya lumayan nikmat, lumayan buat menemani menunggu kawan kawan lain yang belum datang. Saya segera berubah pikiran tentang jalan jalan yang bagus ketika harus menuruni jalan terjal berliku di daerah sepang, bukan hanya itu sebagian besarjalan rusak dan berlubang. Kemampuan berkendara motor saya di uji di medan terjal ini, saya harusbisa menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh. Arah jalan kembali tidak jauh beda dengan medan saat berangkat, sy mencoba rute jalan lain saat balik dari desa Sepang. Setelah menempuh perjuangan ber skill motor ria di jalan tanjakan berliku dan berlubang akhirnya saya berhasil mencapai tempat perhentian awal saya di Dapdap. Ketegangan saya segera berakhir setelah kembali menghirup udara segar dan menikmati jalan yang mulus sepanjang jalan pulang, tak lupa mampir di Punuk Bolong untuk rehat sejenak.

pekutatan 10 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar