Jumat, 29 Juli 2016

KRL

Ka Er El
Tinggal di kawasan Kalibata City menjadikan Commuter , atau yang mereka kenal dengan KRL alias Kereta Listrik menjadi salah satu pilihan transportasi. Selain murah hanya dengan Rp. 2000 dapat membawa saya ke berbagai tujuan, serta letak stasiun kereta yang tepat berada di depan apartemen.
Ada dua stasiun besar yang menjadi tujuan akhir KRL dari Bogor yang melintasi Kalibata, yakni Stasiun Kota dan Tanah Abang. Untuk ke tempat lain seperti Serpong atau Bekasi maka kita harus transit di stasiun Manggarai dan Jatinegara tanpa harus membayar lagi.
Namun untuk masalah kenyamanan jangan berharap banyak. Meski sudah cukup baik dari keadaan sebelumnya seperti sumpek hingga berdesakan bahkan tak jarang yang duduk di atas kereta. Pemandangan itu sudah tak adalagi , untuk masuk peron kini sudah diwajibkan menggunakan kartu . Kartu dengan deposit Rp. 10 ribu ini dapat ditukarkan kembali kapan saja. Kini kereta sudah dilengkapi AC dan kipas angin.
Sepintas kereta terlihat mirip dengan gerbong MRT (Mass Rapid Transport) yang digunakan di Singapura. Mereka sudah menggunakan MRT beberapa puluh tahun yang lalu. Bahkan Malaysia dan Thailand pun sudah beberapa tahun ini menggunakannya. Apalagi jika membandingkan dengan Mass Rapid transport yang ada di Shanghai.
Saya sebenarnya tidak suka menggunakan kereta di Jabotabek, karena masih membayangkan penumpang yang tumplek di kereta. Selain menjaga hidung juga harus menjaga dompet. Seorang kawan yang cukup lama tinggal di Jakarta mengalami beberapa kali kecopetan
.Hingga Suatu hari seorang kawan menceritakan kondisi kereta yang sudah lebih baik. Maka saya mencobanya dan memang lumayan bersih, tertib dan berpendingin udara. Masalahnya Saya mencobanya pada hari Minggu (libur) sehingga penumpang tidak banyak. Begitu saya mencoba berikutnya, Saya berada di jam sibuk. Meski kereta telah penuh, petugas masih mengusulkan penumpang masuk lalu mendorong ke dalam hingga pintu kereta bisa tertutup.
Bisa dibayangkan kami didalam seperti ikan sarden dalam kaleng. Meski berpendingin tapi dengan penumpang yang berdesakan seperti itu bisa menimbulkan dehidrasi, belum lagi jika kereta harus berhenti cukup lama menunggu antiran masuk stasiun. Saya hampir saja terjatuh akibat terjangan manusia yang bergegas meninggalkan kereta.Setali tiga uang dengan moda transport lainnya seperti bus Way , kopaja dan metro mini. Manusia yang berjejal bergelantungan di tengah kemacetan Ibukota. Kapan ya Mass transport kita mirip di Beijing atau Shanghai...‪#‎mimpikalee‬

Tidak ada komentar:

Posting Komentar