Kamis, 28 Juli 2016

Gerhana

Gerhana

Masih sempat menjadi saksi bagaimana beberapa orang berlari tanpa busana menjunjung penampi beras di kepala mereka,  sebagian lainnya memukul kentongan. Itu terjadi pada pertengahan tahun 70 an di sebuah kota kecil Bulukumba.

Beberapa orang kala itu masib percaya fenomena gerhana bulan, adalah bhatara kala sedang menelan bulan. Mereka memukul kentongan seperti mereka mencari anak anak yang disembunyikan dedemit atau kuntilanak. Mereka membawa sesajian agar sang raksasa melepas bulan dan memakan sajian mereka.

Puluhan tahun telah berlalu, ketika indonesia menjadi lintasan gerhana tahun 1983, teknologi modern menjelaskan fenomena gerhana dengan jelas. Bahwa kegelapan yang terjadi bukan karena ditelan oleh Raksasa, namun benda langit lainnya menutupi satu sama lain segingga sinarnya tak sampai ke bumi.

Saat ini saya berada tepat di salah satu kota yang dapat menyaksikan gerhana matahari total 100 persen , dari 12 provinsi yang dapat menyaksikan gerhana , Palu yang menjadi Ibukota provinsi Sulawesi Tengah menjadi tempat terbaik menyaksikan gerhana.

Sejak pukul 6 pagi, pantai Taman Ria palu telah dipenuhi warga dari berbagai daerah untuk menyaksikan langsung gerhana matahari. Penjual makanan diserbu pengunjung yang belum sempat sarapan, kami kehabisan nasi kuning, tinggal 3 dari 6 yang kami pesan. Mereka melihat dari kacamata Hitam berbagai jenis,  agar tidak memandang langsung. Dari semua filter yang ada ternyara kaca untuk las yang paling baik kualitasnya.

Kalau dahulu orang memukul kentongan agar matahari cepat terlihat, kini orang orang pada memotret dan selfi sebelum matahari muncul kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar