Minggu, 31 Juli 2016

menumpang

Write a comment...
Saya menepikan mobil saat melihat lambaian sekolompok anak anak dipinggir jalan. Mereka segera berlompatan naik ke bak mobil double kabin ini. Saya tersenyum melihat tingkah mereka dari balik kaca, mereka ngobrol , tertawa dan sesekali berdiri menerpakan angin ke wajah mereka.

Taksekali ini saya menepikan mobil mengangkut anak anak ini, pernah sekali sy mengangkut anak anak yang hendak bermain bola. Kawan sy bertanya mengapa mengangkut anak anak ini ? Sy hanya menjawab bahwa kelak jika ada diantara mereka yg menjadi pemain bola profesional , ia pasti akan mengingat moment ini. Ia akan bercerita bahwa bagaimana ia dulu ketika berlatih bola di kampungnya.

Bukan hanya itu pernah suatu ketika, saat melintasi sebuah perkampungan di pedalaman sy mengangkut penumpang yg rupanya kesulitan memperoleh angkutan. Saat itu sy yang menyetir mobil pejabat negara kawan saya, dan terpaksa ia harus berbagi kursi dengan penumpang yang membawa serta ayam ayamnya.

Saat terjadi krisis moneter, di Jakarta tumpang menumpang mobil ini mulai menjadi trend. Sy setiap hari menyetir mobil sendiri dari rumah di Karawaci menuju kantor di Sudirman. Suatu saat sy menepikan mobil di sebuah tempat, tiba tiba segerombol orang telah mengelilingi mobil. Sy sempat kaget dan shock, sy pikir ada perampokan atau kerusuhan. Ternyata mereka pikir sy menepikan mobil untuk mengambil tumpangan. Karena tidak ada pilihan sy segera membuka pintu dan mereka berebut naik. Sy baru tahu saat mereka turun mereka menaruh uang secukupnya di dekat rem tangan mobil.

Bukan tanpa alasan sy sering menepikan mobil mengangkut tumpangan. Saat sy remaja, saya sering mendaki gunung. Lokasi menuju tempat pendakian tidak dilalui kendaraan umum. Kami menghadang truk yang menuju ke tempat pendakian demikian juga sebaliknya. Tak jarang kami harus berbagi tempat dengan buah buahan dan tak jarang juga buah buah ini berpindah tempat ke perut kami.

Saat masih kecil, sy juga sering menumpang mobil tetangga sy. Kebetulan ia seorang supir, saat itu mobil sangat langka hanya bisa dihitung jari. Maka acara mencuci mobil ke sungai menjadi ritual yang menyenangkan. Saat kembali dari sungai kami segera berebut naik ke mobil, mencari posisi di atas kap. Inilah posisi terbaik untuk menangkap mangga yang banyak bergelantungan di sepanjang jalan menuju ke rumah.

Hidup di dunia ini pun ibarat kita menumpang, ada saat dan tempat kita berhenti.

Pomalaa 5 january. 201

Tidak ada komentar:

Posting Komentar